Sabtu, 18 Januari 2014
aplikasi teori martha e roger
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini, profesi keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang demikian pesat. Perkembangan ini memberi dampak berupa perubahan status keperawatan vokasional menjadi profesional. Perubahan ini tidak serta merta diterima oleh masyarakat. Bahkan profesi kesehatan lain pun masih belum mau disejajarkan dengan profesi perawat. Penomena ini tentunya harus menumbuhkan sikap optimis pada diri perawat, yang diikuti dengan pembuktian eksistensi profesi keperawatan. Untuk mewujudkan hal tersebut, perawat harus memiliki landasan keilmuan yang kuat dan sikap profesionalisme didalam memberikan asuhan keperawatan pada klien (Asmadi, 2008).
Karena keperawatan terus berkembang, perawat membuat hipotesis tentang praktek keperawatan, prinsip yang mendasari praktek keperawatan dan tujuan yang sesuai dengan keperawatan di masyarakat. Model konsep dan teori keperawatan digunakan untuk memberikan pengetahuan untuk meningkatakan praktek, penuntun penelitian dan kurikulum, serta mengidentifikasi bidang dan tujuan dari praktek keperawatan. Teori-teori tersebut digunakan sebagai arah dalam melakukan penelitian, pendidikan dan praktek keperawatan (Potter dan Perry, 2005).
Pandangan konsep model dan teori merupakan gambaran dari bentuk pelayanan keperawatan yang akan diberikan oleh perawat kepada klien dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia berdasarkan tindakan dan lingkungan pekerjaan dengan arah yang jelas dalam pelayanan keperawatan. Terdapat beberapa model konsep keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang keperawatan, yang memiliki keyakinan dan nilai yang mendasarinya, tujuan yang hendak dicapai serta pengetahuan dan keterampilan yang ada diantaranya adalah Martha E. Rogers. Teori ini dikenal dengan konsep manusia sebagai unit. Dalam memahami konsep model dan teori ini, Martha mempunyai anggapan bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan, yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda (Muwarni, 2008).
Rogers mengungkapkan bahwa aktifitas keperawatan berakar pada dasar ilmu pengetahuan, pemikiran intelektual, dan hati nurani yang di dasari prinsip – prinsip kreatifitas, seni dan imaginasi. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi yang senantiasa berdasar pada konsep pemahaman manusia atau individu seutuhnya. Teori ini bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan (Potter dan Perry, 2005).
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang aplikasi Teori Model Keperawatan menurut Martha E. Rogers dalam praktik keperawatan.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui Konsep dasar teori keperawatan Martha E Roger
Untuk mengetahui asumsi-asumsi dasar dari teori Martha E Roger
Untuk mengetahui prinsip-prinsip hemodinamik menurut Martha E Roger
Untuk memahami konsep keperawatan Marta E Roger Kedalam aplikasi asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Biografi Martha E. Rogers
Martha Elizabeth Roger lahir pada tanggal 12 Mei 1914 di Dallas, Texas. Beliau memulai karir sarjananya ketika beliau masuk di Universitas Tennesse diKnoxville pada tahun 1931.Beliau masuk sekolah keperawatan di RSU Knoxvillepada September 1933.Beliau menerima gelar Diploma Keperawatan pada tahun 1936 dan menerima gelar B.S dari George Peabody College di Masville pada tahun 1937.Pada tahun 1945 beliau mendapat gelar MA dalam bidang pengawasan kesehatan masyarakat dari Fakultas Keguruan Universitas Columbia, New York. Beliau menjadi Eksekutif Direktur dari pelayanan keperawatan di Phoenix, AZ. Beliau meninggalkan Arizona pada tahun 1951 dan kembali melanjutkan sekolah diUniversitas Johns Hopkins, Baltimre MD dengan memperoleh gelar MPH tahun 1952 dan Sc.D tahun 1954. Beliau di tetapkan menjadi Kepala Bagian Keperawatan di NewYork University pada tahun 1954. Secara resmi beliau mengundurkan diri sebagai Professor dan Kepala Bagian Keperawatan pada tahun 1975 setelah 21 tahun dalam pelayanan. Pada tahun 1979 beliau pensiun dengan hormat dengan memakai gelar Professornya dan terus aktif mengembangkan dunia keperawatan sampai beliau meninggal pada 13 maret 1994.
Dalam teorinya, Martha Rogers (1970), mempertimbangkan manusia (kesatuan manusia) sebagai sumber energi yang menyatu dengan alam semesta. Manusia berada dalam interaksi yang terus menerus dengan lingkungan (Lutjens,1995). Selain itu, manusia merupakan satu kesatuan utuh memiliki integritas diri dan menunjukkan karakteristik yang lebih dari sekedar gabungan dari beberapa bagian (Rogers 1970).Manusia yang utuh merupakan ” Empat sumber dimensi energi yang diidentifikasi oleh pola dan manisfestasi karakteristik spesifik yang menunjukkan kesatuan dan yang tidak dapat di tinjau berdasarkan bagian pembentuknya” (Maminer – Toey,1994). Keempat dimensi yang di gunakan oleh Martha E. Rogers antara lain yaitu sumber energi, keterbukaan, keteraturan dan pengorganisasian, dan empat dimensionalitas manusia digunakan untuk menentukan prinsip mengenai bagaimana berkembang.
KonsepTeori Martha E. Rogers
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia secara langsung. (Tomey & Alligood, 1998).
Konsep yang berasal
Dari studi dan pengamatan profesi meberikan layanan
tentang manusia memberkan kepada individu, memaksimalkan
dasar untuk model kesehatan dan interaksi
konseptual individu - lingkungan
Ilmu keperawatan
Memberikan pengatahuan dasar untuk praktek
Model konseptual menjadi
Fokus ilmu keperawatan
Bagan: 2:1. Interpretasi Pandangan Roger tentang Keperawatan, yang mencakup interelasi diantara individu, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. (dari Fitzpatrick JJ dan whall Al: Nussing Proses: Aplication Of Conseptual Models (Cristensen, P. 2009)
Keperawatan adalah ilmu humanistic/humanitarian yang menggambarkan dan memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis secara umum dengan memperkirakan prinsip - prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan praktis. Ilmu keperawatan adalah ilmu kemanusiaan yang mempelajari tentang alam dan hubungannya dengan perkembangan manusia. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari prinsip - prinsip kreatifitas, seni dan imaginasi. Aktifitas keperawatan merupakan kegiatan yang bersumber pada ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi.
Asumsi teori Martha E. Rogers
Berdasarkan pada kerangka konsep yang dikembangkan oleh Rogers (1970) ada lima dasar asumsi tentang manusia, yaitu:
Manusia adalah satu kesatuan, proses integritas individu dan mewujudkan karakteristik yang lebih dan perbedaan dari jumlah bagian-bagiannya. Manusia kelihatan seperti bagian terkecil dan menghilang lenyap dari pandangan. Karena kesatuan ini menghasilkan variabel dan secara konstan mengubah pola ini. Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian unik, antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian. Secara signifikan mempunyai sifat-sifat yang khusus jika semuanya jika dilihat secara bagian perbagian ilmu pengetahuan dari suatu subsistem tidak efektif bila seseorang memperhatikan sifat-sifat dari sistem kehidupan manusia. Manusia akan terlihat saat bagiannya tidak dijumpai.
Individu dan lingkungan terus mengalami perubahan materi dan energi. Berasumsi bahwa individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu sama lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal pada seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
Mempercayai bahwa proses hidup manusia tidak dapat diulang dan tidak dapat diprediksi sepanjang ruang dan waktu. Individu tidak pernah dapat mundur atau jadilah sesuatu ia atau dia sebelumnya. Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak akan pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.
Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang inovatif. Mengidentifikasi pola manusia dan mencerminkan keutuhan yg inovatif, pola teladan ini mempertimbangkan pengaturan diri, ritme, dan teori pengaruh energi. Mereka memberi kesatuan keanekaragaman dan mencerminkan suatu alam semesta yang kreatif dan dinamis.
Individu dicirikan oleh kapasitas abstraksi dan citra, bahasa dan berpikir, sensasi dan emosi. Hanya manusia yang mampu untuk berfikir abstrak, membayangkan, bertutur bahasa sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya manusia yang mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia (Tomey dan Alligood, 2006).
Pada tahun 1970 model konsep perawatan karya Martha E. Rogers meletakkan sekumpulan asumsi-asumsi dasar yang menggambarkan proses kehidupan manusia. Proses kehidupan dicirikan oleh keseluruhan (Wholeness), keterbukaan (opennes), kesatuan arah (unidirectionality), pola (pattern) dan organisasi dan pemikiran (thought). Kemudian pada tahun 1983 Rogers merumuskan empat blok bangunan sebagai modelnya atau Building Blocks, yang terdiri dari:
Energy Fields (Bidang Energi)
Bidang energi merupakan satuan dasar kehidupan dan non kehidupan, seperti energi manusia dan energi lingkungan. Bangunan ini bersifat tak terbatas terdiri dari mahluk hidup dan lingkungannya. Kedua komponen ini tidak dapat dikurangi, manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya.
Universe of Open System (Sistem terbuka).
Konsep ini menganggap bahwa bangunan energi bersifat tak terbatas dan terbuka, menyatu antara satu dengan yang lainnya.
Pattern (Pola)
Sifat pola berubah secara kontinyu dan inovatif, unik dan menyatu dengan bangunan lingkungannya sendiri. Pola yang konstan dan tidak berubah bisa menjadi suatu indikasi sakit atau penyakit.
Pandimensionality (Empat kedimensian)
Manusia yang utuh merupakan ”Empat sumber dimensi energi yang diidentifikasi oleh pola dan manisfestasi karakteristik spesifik yang menunjukkan kesatuan dan yang tidak dapat di tinjau berdasarkan bagian pembentuknya” Empat kedimensian didefinisikan sebagai domain non linier tanpa atribut, atau mengenai ruang tanpa batas (Marriner, 2001).
Menurut Martha E Roger ilmu tentang keperawatan berhubungan langsung dengan proses kehidupan manusia dan bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan kealamiahan dan hubungannya dengan perkembangan. Untuk memperkuat teorinya Martha E. Rogers mengkombinasikan konsep manusia seutuhnya dengan prinsip homeodinamik yang kemudian di kemukakannya.
Dalam model Rogers, manusia yang utuh dan lingkungan saling berhubungan dan berkembang secara berkesinambungan dan simultan. Baik manusia maupun lingkugan mempunyai empat konsep utama yaitu lapang energi, sistem terbuka, pola, dan empat dimensionalitas. Sifat dan arah hubungan antara manusia dan lingkungannya diperlihatkan melalui tiga prinsip hemodinamik dirumuskan oleh Rogers untuk menguraikan sifat dan arah perubahan yang berasal dari sistem konseptual yang telah digambarkan Prinsip –prinsip hemodinamik terdiri dari tiga hal, yaitu:
Integral
Prinsip pertama adalah integral. Badan manusia dan lingkungannya tidak dapat dipisahkan, rangkaian pertukaran proses kehidupan terus terjadi pembaharuan interaksi antara badan manusia dan lingkungannya. Keduanya saling berinteraksi yang konstan dan saling bertukar dimana pembentukan keduanya ditempatkan dalam waktu yang sama. Maka, integral adalahkelanjutan proses interaksi antara manusia dan lingkungan.
Resonansi
Prinsip selanjutnya, resonansi, berbicara pada kejadian pertukaran alam antara manusia dan bidang lingkungan.Pertukaran adalah pola manusia dan bidang lingkungan disebarkan dari gelombang yang berpindah dari gelombang yang lebih tinggi dari frekuensi rendah ke gelombang yang lebih pendek dari frekuensi yang lebih tinggi. Proses kehidupan dalam badan manusia adalah simfoni dari ritme yang bergerak dalam frekuensi tertentu.Pengalaman manusia di lingkungannya seperti segaris kompleks kesatuan gelombang resonansi mereka dengan dunia istirahat.
Helicy
Terakhir, prinsip helicy sependapat dengan alam dan pertukaran langsung pada manusia- lingkungan. Manusia dan lingkungan adalah dinamis, sistem terbuka dalam pertukaran adalah hak berlanjut pada pertukaran yang konstan antara manusia dan bidang lingkungan. Pertukaran ini juga mengalami pembaharuan. Jika pertukaran tidak dapat diprediksi. Akhirnya, pertukaran langsung menuju peningkatan perbedaan dan kerumitan. Proses ini dan polanya tidak dapat di prediksi, dinamis, dan peningkatan perbedaan.
Helicy meliputi konsep perubahan ritmis, pengaruh evolusioner, dan kesatuan bidang lingkungan hidup manusia.Arah perubahan yang terjadi antara manusia dan lingkungan terhadap peningkatkan keragaman dan kompleksitas dan ritme yang tidak tepat diulang. Akibatnya, prinsip dari homeodynamics adalah cara melihat manusia dalam keutuhan mereka. Perubahan dalam proses kehidupan manusia yang tidak dapat kembali, nonrepeatable, berirama, dan menyajikan keragaman pola tumbuh.
Human/environmental field
Characteristics
Assumption/
Pattern Apraisal
Manifestations Theory of
Pattern/Apraisal Perceived Dissonance
Nursing Action Theory of Power as
Knowing participation
In change
Seumber: Alilgood, Martha R. 2006. Nursing Theory Utilization dan Aplication
Theory of perceived Dissonance
Menurut Bultemeier (1993), teori ini yang di gambarkan oleh Roger memberikan perspektif teori untuk mengetahui situasi dari berbagai resonansi sebagaiman diwujudkan dalam masalah perawatan kesehatan saat ini berlabelkan proses abnormal. Teori ini muncul dari prinsip-prinsip resonansi dan integrasi. Teori ini memberikan memberikan dasar untuk pola penilaian atau manifestasi di bidang manusia/ lingkungan pada saat kondisi sakit. Teori ini mengusulkan bahwa resonansi diubah secara berkala dan berirama selama evolusi di bidang energi, persepsi disonansi selama evolusi ritmis di bidang manusia dan lingkungan dilakukan.
Manusia dipandang sebagai perwujudan medan energi dalam bidang energi lingkungannya, bahwa resonansi bervariasi secara ritmik selam evolusi ritmik alamiah. Ritmik melekat di bidang yang berkembang menjadi irama yang bervariasi dan dapat menimbulkan ketidak harmonisan. Selama episode resonansi, manifestasi manusia di bidang lingkungan dapat dinggap sebagai ketidak harmonisan dan sebagai ketidak nyamanan. Dengan demikian orang tersebut menganggap dirinya sakit, demikian juga orang lain mengannggap dirinya sakit.
Kesadaran pribadi dari pola munculnya manifestasi didefinisikan sebagai evolusi bagian hidup untuk perubahan bidang energi manusia itu ( Parker, 1989). Kesadaran reseptif adalah karakteristik dari integralistik dan merupak sarana bagi orang yang mengalami resonansi berpariasi, yang dapat dianggap sebagai disonansi (sakit). Alligood (1991), mengemukakan bahwa adanya perasaan adalah wujud dari pola integral medan manusia dan lingkungan. Davidson (2001), menyatakan integral dari keseluruhan dapat dilihat dari pada irama parameter fisiologis, pilihan yang dibuat dalam bidang kesehatan. Teori dissonance yang dirasakan menmbah kejelasan bagaimana perawat dapat memamfaatkan persepsi oleh klien dan memiliki persepsi sendiri untuk mengarahkan asuhan keperawatan, hal ini sangat penting dalam pelaksanaan memberikan penilaian holistik dari kesatuan manusia.
Theori of Power as Knowing Participation In Change
Teori yang dikemukakan oleh Barret (1986), untuk mengetahui participasi dalam perubahan muncul dari prinsip helicy dalam model Roger. Teori ini memberikan arahan bagi perawat berpartisipasi dalam merawat manusia. Dalam teori ini di usulkan sebagi peningkatan pengetahuan, demikian juga kemampuan untuk berpartisipasi.
Barret (2000), menggambarkan kekuatan sebagai kesadaran atas apa yang kita pilih untuk lakukan, merasa bebas untuk melakukan dan terus melakukan, Ia menyebut kekuatan juga merupakan sifat relatif dengan organisasiyang lebih konsisten dari pola manusia dan lingkunagan. Dia menentukan bahwa seseorang harus memiliki pengetahuan pada wujud polanya untuk partisipasi yang bermamfaat dalam proses pola yang terjadi.
Asumsi Utama Konsep Sentral Dari Model Konseptual Martha E. Rogers
Rogers meletakan sekumpulan asumsi-asumsi dasar yang menggambarkan proses kehidupan manusia. Asumsi-asumsi yang merupakan kunci utama Martha E. Rogers terhadap empat konsep sentral adalah sebagai berikut :
Keperawatan
Rogers menyatakan bahwa ilmu keperawatan adalah Unitary Human Being, yaitu manusia sebagai unit. Dia mengartikan bahwa tidak ada ilmu lain yang mempelajari manusia secara keseluruhan atau utuh. Rogers menjelaskan keperawatan sebagai profesi yang menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni. Keperawatan adalah ilmu pengetahuan humanistik yang didedikasikan untuk menghibur agar dapat menjaga dan memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit, dan merawat serta merehabilitasi seseorang yang sakit dan cacat. Praktek professional keperawatan bersifat kreatif, imajinatif, eksis untuk melayani orang, hal tersebut berakar dalam keputusan intelektual, pengetahuan abstrak dan perasaan mahkluk. (Rogers,1992 dalam Meleis 2007).
Kesehatan
Merupakan ungkapan dari proses kehidupan yang ditandai oleh perilaku-perilaku yang timbul dari interaksi bersama dan simultan antara manusia dan lingkungan mereka. Kesehatan dipandang sebagai saling tukar dan interaksi yang berkesinambungan ke arah potensi kesehatan maksimun dengan penekanan pada promosi.
Lingkungan
Merupakan lapang energi empat dimensi yang tidak dapat dikurangi dengan pola dan karakteristik yang berbeda dari bagian-bagiannya. Suatu lapang lingkungan adalah unik untuk lapang manusia yang spesifik, meskipun kedua bidang tersebut masih secara bersinambungan berubah dan secara kreatif berkembang bersama.
Manusia
Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh dan memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Proses kehidupan manusia dinamis selalu berinteraksi dengan lingkungan, saling mempengaruhi dan dipengaruhi atau sebagai system terbuka. Rogers juga mengkonsepkan manusia sebagai unit yang mampu berpartisipasi secara kreatif dalam perubahan (Christensen, 2009).
Teori Rogers dan Karakteristik Teori
Teori dapat saling berhubungan menciptakan perbedaan pandangan suatu fenomena tertentu. Teori keperawatan utamanya digunakan dalam prinsip homeodynamic untuk pelayanan kemanusiaan memaksa untuk melihat keperawatan dengan cara berbeda.
Teori harus murni logis. Pasti ada perkembangan logis dalam konstruksi utama. Hasil perkembangan logis ini di proses dari identifikasi anggapan, melalui blok bangunan, dengan prinsip homeodynamic.
Teori harus relatif sederhana namun umum. Telah dinyatakan bahwa konsepsi Rogers manusia yang elegan di dalamnya terdapat kesederhanaan (Fawcert,1989). Namun, teori jauh lebih sederhana dalam tingkat abstraksi dan berkontribusi pada kesulitan pemahaman. Serta didasarkan pada penggunaan sistem terbuka yang kompleks.
Teori dapat menjadi dasar untuk hipotesis yang dapat diuji untuk memperluas teori.
Teori berkontribusi dan membantu meningkatkan pengetahuan umum tubuh dalam tanpa menghilangkan kedisiplinan melalui penelitian yang dilakukan untuk memvalidasi mereka. Teori ini dirancang untuk meminimalkan masalah penelitian, kurangnya kesederhanaan, definisi operasional, dan instrumen yang valid untuk mengukur hasil sehingga keperawatan benar-benar bisa mendapatkan keuntungan dari sistem abstrak Roger.
Teori digunakan oleh praktisi untuk membimbing dan meningkatkan praktek mereka. Ketika ide tersebut diaplikasikan untuk praktek keperawatan, pemahaman perilaku klien mengambil dimensi baru. Selain itu, intervensi keperawatan seperti sentuhan terapeutik dan penggunaan cahaya, warna, musik, dan gerakan telah diturunkan dari ajaran Rogers.
Teori harus konsisten dengan validasi teori lain, hukum, dan prinsip-prinsip. Sifat abstrak dari sistem menyediakan potensi besar untuk menghasilkan pertanyaan untuk studi lebih lanjut dan yang berasal intervensi untuk praktek keperawatan. Sistem Rogersjuga telah berperan dalam pengembangan teori-teorilainnya. Newman (1994) Parse dan (1992) karya dua contoh tersebut.
Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Riset Keperawatan
Model konseptual abstrak yang di kemukakan Martha E Rogers secara langsung memiliki hubungan dengan riset dan pengembangan ilmu keperawatan. Model konseptualnya memberikan arah dan stimulus untuk aktifitas keilmuan tersebut. Model keperawatan Rogers menunjukkan betapa uniknya realita profesi keperawatan. Peneliti yang memiliki asumsi dan pemahaman seperti konsep Martha E Rogers akan menemukan mendapatkan pandangan yang jelas tentang seperti apakah sesungguhnya bekerja sebagai perawat. Secara jelas dalam konsepnya Martha E Roger menunjukkan bahwa kebutuhan kritis dalam keperawatan adalah merupakan dasar pengetahuan dalam aktifitas penelitian keperawatan.
Gill dan Atwood mengadakan studi dengan menggunakan hipotesis-hipotesis yang diambil dari prinsip-prinsip Roger’s tentang helicy dan reciprocy. Fokusnya adalah mutual interaction antara manusia dan lingkungan. Studi tersebut mendukung prinsip hemodinamis reciprocy. Whelton mengaitkan teori Roger’s dengan proses perawatan menggunakan pasien-pasien penderita sakit jantung dan fungsi-fungsi syaraf. Teori tersebut menjadi fokus untuk penerapan intervensi-intervensi perawatan dan memprediksikan hasil-hasilnya. Falco dan Lobo mengikat prinsip-prinsip hemodynamic dengan proses perawatan.
Mereka melaporkan “kesehatan tidak akan diraih dengan memperkenalkan homeostasis dan keseimbangan, tetapi dengan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan dinamisme dan kompleksitas di dalam individu. Banyak studi penelitian lain telah dilakukan dan semua studi ini memiliki implikasi dalam membimbing praktek perawatan dan pendidikan, serta saran penelitian lebih lanjut.
Roger’s memandang perawat sebagai bagian integral dari lingkungan pasien. Ia juga memandang perawatan sebagai ilmu pengetahuan unik yang berurusan dengan “kesatuan manusia” yang berbeda dengan jumlah dari bagian-bagiannya. Hal ini yang membedakan perawatan dengan berbagai profesi pelayanan lain.
Hasil Penelitian penelitian yang berhubungan dengan Marta E Roger
“Pengaruh Terapi Musik Terhadap Status Hemodinamika pada Pasien Koma Diruang ICU Sebuah Rumah Sakit di Lampung”, diteliti oleh Trori Rihiantoro dalam Jurnal Keperawatan Indonesia volume 12 No. 2 Juli 2008 (ISSN 1410-4490). Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa terapi musik berpengaruh secara bermakna terhadap status hemodinamika pada pasien koma. Penerapan dan pengembangan intervensi keperawatan terapi musik hendaknya dilakukan dan disosialisasikan secara luas. Komunikasi yang terapeutik dan percakapan yang baik pada pasien koma dalam setiap aktivitas perawatan juga merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh perawat dan petugas kesehatan lainnya dalam berinteraksi dengan pasien koma tersebut.
“Latihan ROM Lengan Meningkatkan Kekuatan Otot pada Pasien Pasca Stroke”, diteliti oleh Judi Nurbaini dalam Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010 (ISSN 1858-3598). Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa latihan ROM lengan dapat meningkatkan kekuatan otot pada pasien pasca stroke melalui mekanisme perangsangan sel untuk mengaktifkan Ca+ sehingga terjadi integritas protein otot. Jika Ca+ dan Troponin diaktifkan maka aktin dan meisin dipertahankan agar otot dapat berfungsi menggerakkan skeletal. Oleh karena itu perawat harus lebih intensif untuk memberikan latihan ROM pada pasien pasca stroke tidak hanya dilakukan di Rumah Sakit tetapi dilanjutkan oleh keluarga melalui pendidikan kesehatan.
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan memiliki dampak yang besar terhadap proses penyembuhan dan peningkatan kesehatan seseorang dalam aplikasi praktek keperawatan. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip hemodinamika di dalam konsep Roger’s yang terdiri dari Integral (badan manusia dan lingkungannya tidak dapat dipisahkan, rangkaian pertukaran proses kehidupan terus terjadi pembaharuan interaksi antara badan manusia dan lingkungannya), Resonansi (berbicara pada kejadian pertukaran alam antara manusia dan bidang lingkungan) dan Helicy (manusia dan lingkungan adalah dinamis, sistem terbuka dalam pertukaran adalah hak berlanjut pada pertukaran yang konstan antara manusia dan bidang lingkungan).
Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Pendidikan Keperawatan
Pada tahun 1963, Rogers mencetuskan ide untuk mendirikan kembali program undergraduated dan graduated dalam pendidikan keperawatan. Hal ini adalah di lakukannya sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan dalam ilmu keperawatan. Konsistensi terhadap definisi yang ia berikan untuk keperawatan bahwa keperawatan adalah profesi yang di pelajari, unik serta memiliki batang tubuh pengetahuan, maka ia sangat menganjurkan bagi perawat untuk menempuh pendidikan dalam keperawatan.
Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan Praktik Keperawatan
Martha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari konsepnya sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan. Malinski (1986) mencatat ada tujuh trend yang ada dalam praktik keperawatan, yang kesemuanya berdasar pada konsep teori yang di kemukakan Martha E Rogers :
Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien
Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar
Penyesuaian terhadap pola
Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu, musik, pergerakan dalam proses penyembuhan.
Menunjukkan suatu perubahan yang positif
Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan
Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup.
Penerimaan Oleh Komunitas Ilmu Keperawatan
Praktek
Roger meyakini bila teori-teorinya yang diturunkan dari model konseptualnya mudah diterjemahkan ke dalam praktek, tetapi contoh-contohnya tidak spesifik. Meski dalam model konseptual abstraknya tidak secara langsung bisa digunakan dalam praktek, ia memberikan landasan bagi penelitian dan pengembangan teoriyang memberikan dasar pengetahuan bagi praktek. Ia berusaha membangun suatu rencara perawatan menggunakan prinsi-prinsip hemodinamis. Tetapi, hasil-hasil dari implementasi ini masih berupa hal-hal umum, belum spesifik.
Pendidikan
Awal tahun 1960-an Rogers mengusulkan agar posisi paling dasar dalam perawatan profesional haruslah level sarjana muda. Waktu itu tujuannya kelihatan idealistis, namun sekarang penegasan-penegasannya menjadi standar, bukannya eksepsi. Ia katakan” hanya orang-orang yang kompeten mengajar perawatan atau apa-apa yang seharusnya dilakuakan oleh para perawat, merupakan perawat-perawat yang berkualitas. Anjurannya menjadi bukti dalam pendidikan keperawatan saat ini, seperti banyaknya perawat telah dipersiapkan untuk mengajar para perawat lain di semua level pendidikan keperawatan.
Penelitian
Teori-teori Rogers secara langsungberhubungan dengan pengembangan riset dan teori dalam ilmu keperawatan. Model konseptual memberikan stimulus dan arah bagi aktivitas keilmuan. Prinsip-prinsip hemodinamik sedang dikaji. Sifat integral hubungan manusia-lingkungan dan pertumbuhan kompleksitas kehidupan digunakan dalam studi-studi terkini menggunakan model Rogers. Meski hipotesisi-hipotesis sulit untuk dibangun, teori tersebut sedang dicoba dengan riset.
Bagian yang terpenting dari teori Roger’s adalah menggabungkan fenomena yang ada pada manusia dan praktek keperawatan secara langsung. Konsep ini memberikan arah dalam memberikan stimulasi dan untuk aktivitass keilmuan. Konsep ini menghubungkan fenomena yang ada pada grand dan middle range theory. Dua contoh dalam grand nursing theory pada theory Roger’s adalah teory Neuman’s health as expanding consciousness dan Parse’s human becoming. Roger’s (1986) mengatur bahwa riset keperawatan harus mencakup kesatuan manusia yang terintegrasi dengan lingkungan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Deskripsi Kasus
Teori Martha E. Rogers tidak memberikan teori yang spesifik dalam aplikasinya dalam proses keperawatan, akan tetapi dengan mengadaptasikan prinsip hemodinamik, maka perawat dapat menuangkan dasar-dasar pemikiran Martha E. Rogers ke dalam tahap demi tahap proses keperawatan. Untuk lebih dapat memudahkan pemahaman dapat kita lihat contoh kasus keperawatan yang kemudian di dalam asuhan keperawatannya menggunakan konsep dasar hemodinamik Martha E. Rogers.
Contoh Kasus:
Tn. M. Berusia 35 tahun adalah seorang karyawan sebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang jasa. Posisi yang ditempati Tn. M adalah sekretaris di perusahaan tersebut. Oleh karena itu, Tn. M. Terbiasa bekerja di ruang ber AC dengan kondisi lingkungan yang tenang, bersih dan menyenangkan. Dua hari yang lalu Tn. M mengalami kecelakaan di sebuah jalan pertokoan, ketika itu Tn. M. Sedang istirahat dan keluar dari kantor untuk membeli makanan, Tn. M. Yang hendak menyebrang tiba-tiba tertabrak sebuah sepeda motor yang mengakibatkan Tn. M mengalami fraktur Femur yang membuatnya harus di rawat di RS.
Dalam kasus tersebut, aplikasi teori keperawatan Martha E. Rogers dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami Tn. M adalah menggunakan konsep-konsep prinsip hemodinamik (integrity, resonansi, dan helicy).
Komponen dalam proses keperawatan
Pengkajian keperawatan
Tn. M merupakan seorang pegawai swasta yang menempati posisi manajer di sebuah perusahaan, klien mempunyai riwayat pendidikan seorang Sarjana. Tn. M merupakan tulang punggung keluarga yang saat mengalami fraktur femur karena kecelakaan lalu lintas, sehingga klien harus dilakukan operasi. Klien merasa sangat khawatir akibat sakit yang dideritanya karena mengharus klien harus di operasi sehingga harus di rawat lebih lama di rumah sakit dan tidak dapat melakasanakan tugas kantornya sebagai seorang sekertaris di perusaan itu. Saat ini Tn. M merasa tidak berguna karena tidak dapat manafkahi keluarganya dengan maksimal, klien tampak berdiam diri ketika didatangi oleh perawat, dan tidak mau makan.
Pengkajian integrasi
Tn M merasakan adanya perasaan kurang nyaman berada di rumah sakit karena klien mengalami adanya keterbatasan dalam melakukan aktifitas, kebutuhannya dipenuhi orang lain. selain itu, klien juga merasa takut dengan tindakan-tindakan medis yang baru pertama ia rasakan
Pengkajian resonansi
Tn M Klien mengalami kecelakaan lalu lintas (ditabrak). Pasien di bawa ke rumah sakit dengan tungkai kanan tidak dapat digerakkan, klien mengalami patah tulang femur 1/3 tengah dextra segmental terbuka kemudian mendapat pertolongan dengan tindakan operasi. Sehingga klien tidak melakukan aktifitas seperti biasa. Klien merasa tidak berguna saat ini.
Pengkajian Helicy
Tn M adalah seorang karyawan sebuah perarusaan swasta dan menajabat sebagai sekertaris, klien bekerja di ruang ber AC dengan kondisi lingkungan yang tenang, bersih dan menyenangkan. Klien baru pertama kali masuk rumah sakit, sehingga klien merasa tidak nyaman dengan kondisi dirumah sakit karena sangat berbeda dengan lingkurang di rumahnya dan tempat ia bekerja. Saat ini pasien merasa dengan operasi yang dilakukan Dia tidak bisa beraktivitas lagi
Komponen Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman lingkungan berhubungan dengan kurang pengendalian lingkungan
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
Kecemasan berhubungan dengan adanya hospitalisasi
Stress akibat perpindahan berhubungan dengan pindah dari lingkungan ke lingkungan yang lain
Komponen Rencana dan Implementasi
Implementasi ditekankan pada tiga faktor yakni: Resonanci, Helicy, dan Integrity dengan cara mengurangi kecemasan, meningkatkan koping dan bibimbingan antisipasi.
Integrasi:
Memberikan lingkungan yang nyaman bagi klien
membantu klien untuk memahami bahwa perbedaan tidak dapat dihilangkan
Memodifikasi lingkungan untuk mengurangi perbedaan yang ditemukan
Resonansi:
Memberikan health education tentang kecemasan yang dialaminya
dilema etik
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keperwatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk menjalankan hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur hubungan perawat dan pasien adalah etika. Istilah etika dn moral sering digunakan secara bergantian (Wulan, 2011).
Perawat merupakan salah satu profesi yang selalu berhubungan dan berinterkasi langsung dengan klien, baik klien sebagai individu, keluarga, keompok dan masyarakat. Oleh karena itu, perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk memahami dan berprilaku sesuai dengan etika keperawatan. Agar seorang perawat dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat maka ia harus memegang teguh nilai-nilai yang mendasari praktek keperawatan itu sendiri, yaitu perawat membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan optimum, perawat membantu meningkatkan autonomi klien mengekspresikan kebutuhannya. Perawat mendukung martabat kemanusiaan dan berlaku sebagai advokat bagi kliennya, perawat menjaga kerahasiaan klien, berorientasi pada akuntabilitas perawat dan perawat bekerja dalam lingkungan yang kompeten, etik dan aman (Dalami, dkk, 2010).
Hubungan antara perawat dan pasien atau tim medis yang lain tidakla selalu bebas dari masalah. Perawat profesional harus mengahdapi tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin mereka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktek prefesional. Kemajuan dalam bdang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standar perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan diri klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlihat (Ismani, 2001).
Dalam berjalannya proses semua semua profesi termasuk profesi keperawatan didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai alternatif jawaban yang belum tentu jaaban-jawaban tersbut bersifat memuaskan semua pihak. Hal itulah yang sering dikatan dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak adanya kasus dilema etik sehigga seorang perawat harus benar-benar tahu tentang etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang terbaik.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep tentang etik dan dilema etik keperawatan.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami difinisi etika
Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami prinsip-prinsip etik
Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami dilema etik dan cara penyelesaiannya
Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami contoh kasus dilema etik dan penyelesaiannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Pengertian Etik
Etik
Etik atau ethics berasal dari bahasa Yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaan, perilaku atau karakter. Sedangkan dari kamus Webster etika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Jadi, etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral
Dari pengertian diatas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : baik dan buruk serta kewajiban dan tanggung jawab (Ismani, 2001).
Etik berhubungan dengan bagaimana seseorang harus bertindak dan bagaimana mereka melakukan hubungan dengan orang lain. Etiaka tidak hanya menggambarkan sesuatu, tetapi lebih kepada perhatian dengan penetapan norma atau standar kehidupan seseorang dan yang seharusnya dilakukan. Etik dititik beratkan pada pertanyaan atas apa yang baik dan yang buruk, karakter, motif, atau tindakan yang benar dan salah (Potter dan Perry, 2005).
Etik Keperawatan
Etika keperawatan adalah norma-norma yang dianut oleh perawat dalam bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat profesional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan.
Tipe-Tipe Etika
Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetika difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etika pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.
Clinical Ethics/ Etik Klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
Nursing ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik. Etika keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan. Inti falsafah keperawatan adalah hak dan martabat manusia, sedangkan fokus etika keperawatan adalah sifat manusia yang unik (Dalami, 2010)
Teori Etik
Teor etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan Beberapa teori etik adalah sebagai berikut :
Teleologi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, dari kata telos, berarti akhir), Istilah teleologi dan utilitarinisme sering digunakan saling bergantian. Teleologi merupaka suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan The end justifies the means atau makna dari suatu tindakan ditentukan dari hasil akhir yang terjadi. Contoh dari teori ini adalah bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban masyarakat.
Deotologi
Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon berarti tugas) prinsip pada aksi atau tindakan. Benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya.dalam konteks ini, perhatian difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau salah. Contoh dari penerapan teori ini adalah: seorang perawat yang yakin bahwa klien harus diberi tahu tentang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan (Suhaemi, 2003).
Kerangka Dan Strategi Pembuatan Keputusan Etis.
Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu persyaratan bagi perawat untuk menjalankan praktek keperawatan professional dan dalam membuat keputusan etis perlu memperhatikan beberapa nilai dan kepercayaan pribadi, kode etik keperawatan, konsep moral perawatan dan prinsip-prinsip etis (Fry, 1989)
Gambar 1: Unsur-unsur utama yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan tindakan moral dalam praktik keperawatan (diadaptasi dari Fry, 1991, lih, Prihardjo, 1995)
Berbagai kerangka model pembuatan keputusan etis telah dirancang oleh banyak ahli etika, di mana semua kerangka tersebut berupaya menjawab pertanyaan dasar tentang etika, yang menurut Fry meliputi:
• Hal apakah yang membuat tindakan benar adakah benar?
• Jenis tindakan apakah yang benar?
• Bagaimana aturan-aturan dapat diterapkan pada situasi tertentu?
• Apakah yang harus dilakukan pada situasi tertentu?
Beberapa kerangka pembuatan keputusan etis keperawatan dikembangakan dengan mengacu pada kerangka pembuatan keputusan etika medis. Beberapa kerangka disusun berdasarkan posisi falsafah praktek keperawatan, sementara model-model lain dikembangkan berdasarkan proses pemecahan masalah seperti diajarkan di pendidikan keperawatan.
Prinsip-Prinsip Etik
Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi
Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.
Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya kepada pasien.
Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan.
Akuntabilitas (Accountabiliy)
Akuntabilitas merupakn tandar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali (Dalami, 2010).
Kode Etik Keperawatan
Kode etik adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip umum yang telah diterima oleh suatu profesi. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, diri sendiri, dan tim kesehatan (Wulan, 2011).
Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan. ( PPNI, 2000 ).
Dilema Etik
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral suatu tindakan terapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menetukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stres pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan.
Menurut Thompson dan Thompson (1985), dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar tidak ada yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional bukan emosional (Wulan, 2011).
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain:
Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
Mengkaji situasi
Mendiagnosa masalah etik moral
Membuat tujuan dan rencana pemecahan
Melaksanakan rencana
Mengevaluasi hasil
Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi :
Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
Apa tindakan yang diusulkan
Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat
Mengidentifikasi kewajiban perawat
Membuat keputusan
Model Murphy dan Murphy
Mengidentifikasi masalah kesehatan
Mengidentifikasi masalah etik
Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
Mengidentifikasi peran perawat
Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
Memberi keputusan
Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum untuk perawatan klien
Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
Mengumpulkan data yang relevan
Mengidentifikasi dilema
Memutuskan apa yang harus dilakukan
Melengkapi tindakan
Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus
Ny. D seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 2 orang anak yang ber umur 6 dan 4 tahun, Ny.D. berpendidikan SMA, dan suami Ny.D bekerja sebagai Sopir angkutan umum. Saat ini Ny.D dirawat di ruang kandungan RS. Ibnu Sina Makassar sejak 2 hari yang lalu. Sesuai hasil pemeriksaan Ny.D positif menderita kanker Rahim grade III, dan dokter merencanakan klien harus dioperasi untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker rahim, karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan telah dilakukan untuk persiapan operasi Ny.D. Klien tampak hanya diam dan tampak cemas dan binggung dengan rencana operasi yang akan dijalaninnya. Pada saat ingin meninggalakan ruangan dokter memberitahu perawat kalau Ny.D atau keluarganya bertanya, sampaikan operasi adalah jalan terakhir. Dan jangan dijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang akan menjelaskannya.
Menjelang hari operasinya klien berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang merawatnya, yaitu:
“apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti”.karena kami masih ingin punya anak. “apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan “apakah operasi saya bisa diundur dulu suster”
Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya menjawab secara singkat,
“ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi”
“penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain”
“yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi…”
“Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan lansung dengan dokternya…ya.”
Sehari sebelum operasi klien berunding dengan suaminya dan memutuskan menolak operasi dengan alasan, klien dan suami masih ingin punya anak lagi.
Penyelesaian Kasus
Kasus diatas menjadi dilema etik bagi perawat dimana dilema etik ini didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkn dua atau lebih landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada kasus dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.
Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Ny. D, dapat diambil salah satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka pemecahan etik yang dikemukan oleh Kozier, erb. (1989), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Mengembangkan data dasar dalam hal klarifiaksi dilema etik, mencari informasi sebanyaknya, berkaitan dengan:
Orang yang terlibat, yaitu: Pasien, suami pasien, dokter bedah/kandungan, Rohaniawan dan perawat.
Tindakan yang diusulkan yaitu:
Akan dilakukan operasi pengangkatan kandungan/rahim pada Ny.D. tetapi pasien mempunyai otonomi untuk membiarkan penyakitnya menggorogoti tubuhnya, walaupun sebenarnya bukan itu yang diharapkan, karena pasien masih meginginkan keturunan.
Maksud dari tindakan yaitu: dengan memberikan pendidikan, konselor, advocasi diharapkan pasien mau menjalani operasi serta dapat membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang saat ini dihadapi. Dengan tujuan agar Agar kanker rahim yang dialami Ny.D dapat diangkat (tidak menjalar ke organ lain) dan pengobatan tuntas.
Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan yaitu:
Bila operasi dilaksanakan:
Biaya: biaya yang dibutuhkan klien cukup besar untuk pelaksanaan operasinya.
Psikologis: pasien merasa bersyukur diberi umur yang panjang bila operasi berjalan baik dan lancar, namun klien juga dihadapkan pada kondisi stress akan kelanjutan hidupnya bila ternyata operasi itu gagal. Selain itu konsekuensi yang harus dituanggung oleh klien dan suaminya bahwa ia tidak mungkin lagi bisa memiliki keturunan.
Fisik: klien mempunyai bentuk tubuh yang normal.
Biaya: biaya yang dibituhkan klien
Biaya ; tidak mengeluarkan biaya apapun.
Psikologis: klien dihadapkan pada suatu ancaman kematian, terjadi kecemasan dan rasa sedih dalam hatinya dan hidup dalam masa masa sulit dingan penyakitnya.
Fisik: timbulnya nyeri pinggul atau tidak bisa BAK, perdarahan sesudah senggama, keluar keputihan atau cairan encer dari vagina.
Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.
Untuk memutuskan apakah operasi dilakukan pada wanita tersebut, perawat dihadapkan pada konflik tidak menghormati otonomi klien.
Apabila tindakan operasi dilaukan perawat dihadapkan pada konflik tidak melaksanakan kode etik profesi dan prinsip moral.
Bila menyampaikan penjelasan dengan selengkapnya perawat kawatir akan kondisi Ny.D akan semakin parah dan stress, putus asa akan keinginannya untuk mempunyai anak
Bila tidak dijelaskan seperti kondisi tersebut, perawat tidak melaksanakan prinsip-prinsip professional perawat
Bila perawat menyampaikan pesan dokter, perawat melangkahi wewenang yang diberikan oleh dokter, tetapi bila tidak disampaikan perawat tidak bekerja sesuai standar profesi.
Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut.
Menjelaskan secara rinci rencana tindakan operasi termasuk dampak setelah dioperasi.
Menjelaskan dengan jelas dan rinci hal-hal yang berkaitan dengan penyakit bila tidak dilakukan tindakan operasi
Memberikan penjelasan dan saran yang berkaitan dengan keinginan dari mempunyai anak lagi, kemungkinan dengan anak angkat dan sebagainnya.
Mendiskusikan dan memberi kesempatan kepada keluarga atas penolakan tindakan operasi dan memberikan alternative tindakan yang mungkin dapat dilakukan oleh keluarga.
Memberikan advokasi kepada pasien dan keluarga untuk dapat bertemu dan mendapat penjelasan langsung pada dokter bedah, dan memfasilitasi pasien dan kelurga untuk dapat mendapat penjelasan seluas-luasnya tentang rencana tindakan operasi dan dampaknya bila dilakukan dan bila tidak dilakukan.
Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat.
Kasus pasien tersebut merupakan masalah yang kompleks dan rumit, membuat keputusan dilkukan operasi atau tida, tidak dapat diputuskan pihak tertentu saja, tetapi harus diputuskan bersama-sama yang meliputi:
Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan mengapa mereka ditunjuk.
Untuk siapa saja keputusan itu dibuat
Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (social, ekonomi, fisiologi, psikologi dan peraturan/hukum).
Sejauh mana persetujuan pasien dibutuhkan
Apa saja prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan oleh tindakan yang diusulkan.
Dalam kasus Ny.D. dokter bedah yakin bahwa pembuat keputusan, jadi atau tidaknya untuk dilakukan operasi adalah dirinya, dengan memperhatikan faktor-faktor dari pasien, dokter akan memutuskan untuk memberikan penjelasan yang rinci dan memberikan alternatif pengobatan yang kemungkinan dapat dilakukan oleh Ny.D dan keluarga. Sedangkan perawat primer seharusnya bertindak sebagai advokasi dan fasilitator agar pasien dan keluarga dapat membuat keputusan yang tidak merugikan bagi dirinya, sehingga pasien diharapkan dapat memutuskan hal terbaik dan memilih alternatif yang lebih baik dari penolakan yang dilakukan.
Bila beberapa kriteria sudah disebutkan mungkin konflik tentang penolakan rencana operasi dapat diselesaikan atau diterima oleh pasien setelah mendiskusikan dan memberikan informasi yang lengkap dan valid tentang kondisinya, dilakukan operasi ataupun tidak dilakukan operasi yang jelas pasien telah mendapat informasi yang jelas dan lengkap sehingga hak autonomi pasien dapat dipenuhi serta dapat memuaskan semua pihak. Baik pasien, keluarga, perawat primer, kepala ruangan dan dokter bedahnya.
Mendefinisikan kewajiban perawat
Dalam membantu pasien dalam membuat keputusan, perawat perlu membuat daftar kewajiban keperawatan yang harus diperhatikan, sebagai berikut:
memberikan informasi yang jelas, lengkap dan terkini
meningkatkan kesejahteran pasien
membuat keseimbangan antara kebutuhan pasien baik otonomi, hak dan tanggung jawab keluarga tentang kesehatan dirinya.
membantu keluarga dan pasien tentang pentingnya sistem pendukung
melaksanakan peraturan Rumah Sakit selama dirawat
melindungi dan melaksanakan standar keperawatan yang disesuikan dengan kompetensi keperawatan professional dan SOP yang berlaku diruangan tersebut.
Membuat keputusan.
Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah, mengatasi dilema etik, tim kesehatan perlu dipertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan atau paling tepat untuk pasien. Kalau keputusan sudah ditetapkan, secara konsisten keputusan tersebut dilaksanakan dan apapun yang diputuskan untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik dalam membuat keputusan pada keadaan tersebut. Hal penting lagi sebelum membuat keputusan dilema etik, perlu mengali dahulu apakah niat/untuk kepentinganya siapa semua yang dilakukan, apakah dilakukan untuk kepentingan pasien atau kepentingan pemberi asuhan, niat inilah yang berkaitan dengan moralitas etis yang dilakukan.
Pada kondisi kasus Ny.D. dapat diputuskan menerima penolakan pasien dan keluarga tetapi setelah perawat atau tim perawatan dan medis, menjelaskan secara lengkap dan rinci tentang kondisi pasien dan dampaknya bila dilakukan operasi atau tidak dilakukan operasi. Penjelasan dapat dilakukan melalui wakil dari tim yang terlibat dalam pengelolaan perawatan dan pengobatan Ny.D. Tetapi harus juga diingat dengan memberikan penjelasan dahulu beberapa alternatif pengobatan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai kondisi Ny.D sebagai bentuk tanggung jawab perawat terhadap tugas dan prinsip moral profesionalnya. Pasien menerima atau menolak suatu tindakan harus disadari oleh semua pihak yang terlibat, bahwa hal itu merupakan hak, ataupun otonomi pasien dan keluarga.
Keputusan yang dapat diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan keluarganya serta pertimbangan tim kesehatan sebagai seorang perawat, keputusan yang terbaik adalah dilakukan operasi berhasil atau tidaknya adalah kehendak yang maha kuasa sebagai manusia hanya bisa berusaha.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung jawabkan, etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan didalam etik terdapat nilai-nilai moral yang merupakan dasar dari prilaku manusia (niat). Prinsip-prinsip moral telah banyak diuraikan dalam teori termasuk didalamnya bagaimana nilai-nilai moral di dalam profesi keperawatan. Penerapan nilai moral professional sangat penting dan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi dan harus dilaksanakan dalam praktek keperawatan.
Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang, demikian juga bagi pasien sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama walaupun sedang dalam kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Kedua-duannya mempunyai hak dan kewajiban sesuai posisinya. Disinilah sering terjadi dilema etik, dilema etik merupakan bentuk konflik yang terjadi disebabkan oleh beberapa factor, baik faktor internal dan faktor eksternal, disamping itu karena adanya interaksi atau hubungan yang saling membutuhkan. Oleh sebab itu dilema etik harus diselesaikan baik pada tingkat individu dan institusi serta organisasi profesi dengan penuh tanggung jawab dan tuntas.
Penyelesaian dilema etik harus mempunyai kerangka berfikir yang jelas sehingga keputusan yang diambil dapat memberi kepuasan terhadap semua pihak baik pemberi dan penerima asuhan keperawatan. Banyak teori yang membahas dan membuat kerangka penyelesaian masalah etik, tetapi penyelesaian secara umum bila terjadi kasus etik adalah sebagai berikut; melakukan peninjauan kembali terhadap kejadian, memanggil saksi-saksi, mengkaji dan mengidentifikasi pelanggaran etik yang dilakukan, dan menetapkan sangsi terhadap pelanggaran atau memberikan rehabilitasi bila tidak terbukti melanggar etik. Semua hal tersebut yang penting adalah bagaimana masalah dilema etik dapat diputuskan dengan baik dan memuaskan semua pihak.
Saran
Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan.
Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan sebagai bentuk pelindungan hukum baik pemberi dan penerima praktek keperawatan
Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adanya perangkat-perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara baik dilapangan.
Keputusan dilema etik perlu diambil dengan hati-hati dan saling memuaskan dan tidak merugikan bagi pasien, maka perlu dibentuk komite etik disetiap Rumah Sakit dan bila perlu disetiap ruang ada yang mengawasi dan mengontrol pelaksanaan etik dalam praktek keperawatan.
Perlunya sosialisai yang luas tentang kode etik profesi keperawatan dan bila perlu diadakan pelatihan yang bersifat review tentang etika keperawatan secara periodic dan tidak terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Cv. Jakarta: Trans Info Media.
Ismani, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.
Potter dan Perry, 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktek. Jakarta: EGC.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (1999, 2000). Kode Etik Keperawatan, lambing dan Panji PPNI dan Ikrar Perawat Indonesia, Jakarta: PPNI
Wulan dan Hastuti.2011. Pengantar Etika Keperawatan Panduan Lengakap Menjadi Perawat Profesional Berwawasan etis. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Thompson J.B dan Thopson H.O. 1981. Ethics in Nursing. Macmian Publ. Co
Langganan:
Komentar (Atom)